
Laut di kawasan Bondo Boghila, Desa Kahona, membentang luas. Ketika laut sedang surut, beberapa petani rumput laut terlihat. Mereka berjalan di garis pantai untuk memungut sisa bibit yang terlepas dari bentangan tali budidaya.
Di salah satu rumah, Kristina Dairo Loba dengan semangat mengangkat tali bentangan rumput laut yang baru saja diikatkan bibit. “Sekarang ini bisa jadi pekerjaan utama. Dari sini anak-anak bisa sekolah,” katanya.
Di wilayah pesisir ini, ada 10 kelompok nelayan yang telah dijangkau Program Pengembangan Penghidupan Masyarakat yang Inklusif di Perdesaan Kawasan Timur Indonesia (BangKIT) oleh Yayasan BaKTI.
Yayasan BaKTI adalah lembaga nirlaba yang bekerja melalui pendampingan untuk masyarakat miskin. Kelompok nelayan menjadi salah satu target pengembangannya. Selama ini, kelompok budidaya rumput laut ini, menanam bibit dengan tidak memenuhi standar kelayakan. Hasilnya, rumput laut tumbuh kerdil.
Kristina bilang, sebelum program BangKIT menjangkau mereka, proses penanam dilakukan dengan serampangan. Belum ada pemilahan bibit yang baik. Bahkan jarak tanam antar bibit hanya berkisar sekitar 2 sentimeter. “Jadi setelah pelatihan oleh BangKIT, kami baru sadar. Ternyata jarak tanam juga perlu. Bibit juga harus baik,” katanya. “Dulu kami tanam sembarang bibit, mau yang tua atau yang muda.”

Di wilayah ini, rumput laut ditanam di pesisir yang terjangkau pasang surut air laut. Jika menjelang sore, ketika laut surut, para nelayan akan memanen atau menanam rumput laut. Bentangan rumput laut itu tidak terapung. Tapi tali akan dibentangkan dan diikat dengan tiang di ujung masing-masing, lalu ditancapkan.
Satu bentangan, panjangnya 50 meter. Dan panen antara dua hingga tiga minggu. Dengan menggunakan sistem tanam sebelumnya, satu bentangan itu hanya akan mendapatkan hasil antara satu hingga satu setengah karung. “Kini kami bisa panen, hingga tiga karung,” kata Kristina.
Tak hanya itu, rumput laut hanya dijemur sehari. Harganya pun sangat murah. Namun, melalui program BangKIT bersama Dinas Perikanan Sumba Barat Daya, penjemuran akan dilakukan minimal dua hari. Jika mendung akan mencapai tiga hari hingga rumput laut kering. “Sekarang coba liat, rumput lautnya besar-besar. Dulu kecil dan kurus. Makanya harganya juga sangat murah, tak pernah sampai 5 ribu rupiah,” kata Kristina.
Namun, metode pemilihan bibit yang baik, rumput laut menjadi lebih sehat. Harganya pun menjadi makin baik. “Memang dulu, itu dua tahun lalu, harga rumput laut sampai 32 ribu rupiah. Sekarang harganya 13 ribu rupiah. Tapi itu sudah jauh lebih baik,” lanjutnya.
Menciptakan perubahan
Kristina menanam rumput laut sebanyak 10 bentangan. Seluruh bentangan dipanen bersamaan Kristina bersama suaminya akan begitu sibuk di pesisir kawasan bila musim panen tiba. “Rumput laut tak banyak perawatan. Hanya ditanam, lalu di panen,” katanya.
Kristina punya lima orang anak. satu anaknya sudah bekerja, satunya sedang kuliah, yang lain masih SMP, SD dan TK. Suaminya bekerja di ladang, tapi lebih banyak menghabiskan waktu mengurus rumput laut.
Bagi keluarga Kristina, wilayah Bondo Boghila yang berdekatan dengan laut membuat tanahnya kering dan gersang. Ketika melewati kawasan itu, beberapa kebun sudah tak begitu terawat. Mayoritas petani telah beralih menanam rumput laut.
Kristina tergabung dalam kelompok Batu Karang yang jumlah anggotanya 10 orang. Kelompok ini mendapatkan bantuan tali, tali pengikat bibit dan bibit rumput laut. “Mereka mendampingi kami. Liat kerja kami. Makanya kami tahu, kalau menanam rumput laut itu harus pakai teknik sendiri,” katanya.
Kini Kristina, dalam sekali panen sudah mendapatkan 10 sampai 20 karung mentah. Dalam keadaan kering akan menjadi 2 karung. Satu karung beratnya mencapai 90 kilogram. “Jadi sekarang bibitnya sudah bagus dan jarak tanamnya bagus. Jadi kami bisa panen per minggu,” katanya.


Kini keluarga nelayan, dengan hasil panen seperti Kristina, telah mampu menghasilkan sebanyak 1 juta rupiah per bulan. “Dari sini, anak-anak bisa kuliah dan sekolah. Dulu tidak mungkin,” katanya.
Yohanis Kondi petani rumput laut lainnya tak tergabung dalam kelompok juga sangat senang. “Saya belum masuk kelompok, tapi liat teman-teman menanam dengan jarak tanam itu, saya juga ikut, dan hasilnya bagus,” katanya.
Budidaya rumput laut telah dikenal masyarakat pesisir Bondo Boghila sejak beberapa tahun lalu. Namun, karena pola tanam yang kurang baik, membuat bibitnya banyak mati. “Sekarang hampir tidak ada bibit yang mati,” katanya.
Yohanis tersenyum bahagia. Dia bilang, sekarang petani rumput laut bukan hanya bercerita soal kegagalan dan susahnya menanam. Tapi mereka dengan semangat sudah dapat cerita perubahaan.
Ita Kondi anak Kristina yang masih sekolah SMP juga bertutur penuh semangat. Di rumah istirahatnya di pesisir itu, dia selalu menemani mamaknya. Rumah mereka sebenarnya ada di jalan utama desa, yang jaraknya dari pesisir sekitar empat kilometer.
Ita biasanya bertugas membawa bahan makanan ke pesisir untuk mamaknya. Menjelang pukul delapan malam dia kembali ke rumah. “Kalau rumput laut banyak (panen) saya juga suka tinggal disini,” katanya.
“Saya suka. Bantu mamak, kan hanya lepas rumput laut dari tali pengikat. Atau bantu angkat setlah jemur,” lanjutnya.
Adik Ita yang masih sekolah dasar, juga suka bermain di pasir pantai. Kristina tak pernah melarangnya. Dia malah senang. “Anak-anak lihat, bagaimana orang tuanya bekerja. Dan kalau di pantai bahayanya bermain jadi kurang, dia hanya lari-lari,” katanya.
Pertengahan Mei 2025 itu, ketika jelang pukul enam sore, saat matahari terbenam. Dia mengangkat satu gulungan bentangan yang sudah tergulung. Dia berjalan dengan hati-hati menuruni menapaki gundukan pasir di pesisir itu tubuhnya menjadi seperti siluet.
Anaknya yang masih sekolah dasar mengikutinya dari belakang sembari berlari kecil. Beberapa meter kemudian, si anak berhenti. Kristina terus berjalan hingga betisnya tenggelam oleh air laut. Dari kejauhan, dia menancapkan tiang bentangan.
Memeriksa kembali tali yang sudah terbentang. Lalu berjalan kembali. Baju dan celananya menjadi basah. Dia menapaki teras rumah yang lantainya menggunakan bambu. Malam telah datang. Saatnya Kristina beristirahat dan pada sore keesokan harinya, dia akan kembali ke laut untuk memeriksa bentangannya untuk memastikan bibit-bibitnya tak ada yang lepas karena dihempas ombak. “Jadi kalau ada yang lepas, nanti ditambahkan,” katanya.
